Tak bisa dipungkiri bahwa hampir semua penduduk
didaerah pelosok kalimantan ada memelihara hewan, baik itu anjing, kucing, ayam,
bebek, sapi, ikan dll. Ada yang memeliharanya cuma sekedar untuk hoby, ada juga
yang memelihara cuma sekedar usaha sampingan, dengan kata lain kalau lagi
membutuhkan bisa langsung gunakan, tetapi ada juga yang serius memelihara hewan
sebagai usaha utama. Sebagai usaha utama contohnya usaha ternak ayam. Untuk
jenis usaha ternak ayam, selain membutuhkan lahan yang lumayan besar, pakan
yang tidak sedikit dan yang terpenting jauh dari pemukiman penduduk, juga modal
yang tidak sedikit. Banyak hal yang perlu disiapkan untuk serius menekuni jenis
usaha yang satu ini, jika dijadikan sebagai usaha utama.
Ditempat saya berdomisili ada beberapa pengusaha ternak ayam yang lumayan besar, meskipun tidak bisa dikatakan mencukupi kebutuhan warga kuala kurun dan sekitarnya.
Yang menjadi topik tulisan saya kali ini
adalah tentang ternak ayam kampung secara tradisional warga kuala kurun dan
sekitarnya. Ternak ayam kampung secara tradisional adalah menggunakan lahan
sekitar rumah bahkan dibawah rumah sebagai tempat membuat kandang ayam (sebagai
catatan rumah penduduk kuala kurun mayoritas masih rumah panggung). Ternak
dengan pola ini sudah berlangsung dari jaman dulu, padahal dilihat dari segala
segi, banyak ruginya daripada untungnya. Mungkin keuntungannya cuma dari segi
kepraktisannya karena dekat, kalau lagi tidak ada lauk dirumah, tinggal ambil telor
untuk lauk, atau ayamnya dipotong.
Kerugian ternak ayam secara tradisional adalah
areal sekitar rumah menjadi bau dan kotor karena kotoran ayam, banyak bakteri
yang bisa mengganggu kesehatan penghuni rumah, kalau dipandang mata rumah
tempat tinggal akan terkesan kumuh.
Akan tetapi itu bukan hak saya untuk
melarang, silahkan warga sendiri yang menilai dan merasakan akibat dari ternak
ayam secara tradisional ini.
Sampai jumpa di artikel selanjutnya .....
No comments:
Post a Comment